SMPN 2 Saronggi yang menyandang predikat sekolah Adiwiyata Mandiri, selalu berupaya meningkatkan kepedulian siswa terhadap lingkungan. Kepedulian terhadap lingkungan salah satunya dengan pengelolaan limbah sampah. Kegiatan yang dilakukan dalam pengelolaan limbah sampah kali ini adalah memanfaatkan sampah organik rumah tangga, mengingat berdasarkan Riset terbaru Sustainable Waste Indonesia (SWI) jenis sampah yang paling banyak dihasilkan adalah sampah organik sebanyak 60 persen, sampah plastik 14 persen, diikuti sampah kertas (9%), metal (4,3%), kaca, kayu dan bahan lainnya (12,7%) https://tinyurl.com/rvevyv26
Berdasarkan data tersebut sangat penting rasanya pengelolaan sampah dengan memanfaatkan sampah organik rumah tangga menjadi produk yang mempunyai nilai manfaat dalam kehidupan melalui pembuatan Eco Enzyme.
Selasa (16/4/2021) praktik pembuatan Eco enzyme dilakukan, Wiwid Hamilawati, S.Pd. (narasumber pertama) membuka kegiatan dengan pengenalan Eco Enzym . Dijelaskan bahwa Eco enzyme merupakan hasil dari fermentasi limbah dapur organik seperti ampas buah dan sayuran. Selanjutnya, ditambahkan gula (bisa gula jawa, gula merah, atau gula tebu) dan air. Warna Eco enzyme adalah coklat gelap dan memiliki aroma fermentasi asam manis yang kuat.
Sementara itu, Sukarsih Apriani, S.Pd. (narasumber kedua) menjelaskan tentang latar belakang pembuatan Eco Enzyme, manfaat, dan teknik pembuatannya. Proses pembuatan diuraikan secara rinci dalam tayangan video. Nampak siswa-siswi antusias mengamati video dan mendengar penjelasan narasumber.
Kegiatan selanjutnya adalah praktik pembuatan Eco Enzyme. Terlebih dahulu, Bu Wiwid memberikan contoh pembuatan Eco Enzyme. Dijelaskan “Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan Eco Enzyme adalah perbandingan yang tepat, yaitu 1:3:10. Artinya dalam pembuatan Eco Enzyme ini, kita menggunakan 900g kulit buah : 300g gula merah/ molase : 3000g (ml) atau jika kita menggunakan 300g kulit buah : 100g gula merah/ molase : 1liter air.”
Informasi lengkap yang sudah diperoleh siswa tentang Eco Enzyme selanjutnya dipraktikkan. Siswa membuat pembuatan Eco Enzyme sendiri dengan penuh semangat dibawah bimbingan Bu Wiwid dan Bu Sukarsih. Limbah dapur organik yang mereka bawa, berupa kulit buah dan sayuran, selanjutnya dicacah dengan menggunakan pisau. Lalu ditimbang sehingga menjadi bahan dasar pembuatan Eco Enzyme disertai penambahan gula merah atau molase dan air menjadi bahan yang lengkap untuk pembuatan Eco Enzyme. Tentunya dengan memperhatikan perbandingan bahan yang sudah ditetapkan.
Semua bahan yang tersedia selanjutnya dimasukkan ke dalam toples plastik dan disimpan di tempat yang kering dan sejuk. Pada tutup toples plastik diberi tulisan tanggal dan waktu pembuatan, juga tanggal dan waktu panen Eco Enzyme yang telah dibuat. Proses pembuatannya membutuhkan waktu 3 bulan. Namun, selama dua minggu pertama, botol harus rutin dibuka beberapa detik dan ditutup kembali karena materi organik ini akan mengeluarkan gas. Jika tidak, botol akan menggembung dan jila dibuka cairan akan meluber.
“Setelah tiga bulan, Eco Enzyme yang berhasil akan berwarna cokelat tua dengan bau seperti cuka. Jika Eco Enzyme sudah jadi, saring dan disimpan dalam suhu ruang untuk digunakan dalam beragam keperluan. Sementara itu, ampas atau materi padat sisa organik dapat dijadikan pupuk untuk tanaman” penjelasan Bu Sukarsih mengakhiri kegiatan pembuatan praktik Eco Enzyme. Semoga bermanfaat, Mari, Lestarikan Lingkungan Kita (RD).
Posting Komentar