Oleh: Sri Ratnawati
Saat teman-temanku ramai bersenda gurau, aku hanya bisa berdiam kelu duduk berderet di bangku panjang bersama teman-teman sekelas. Di teras kelas, mereka riuh rendah saling bertukar cerita tentang rencana mendaftar ke SMA atau SMK yang diidamkan. Mereka bersepakat mengurus segala administrasi bersama-sama. Alangkah bahagianya mereka, tanpa beban. Tidak seperti aku.
Aku tersentak kaget oleh sebuah panggilan. Bariiiq !!! Sedikit tergagap, aku melihat Bu Candra memanggilku sambil melambaikan tangannya di depan ruang guru. Aku bergegas menghampiri beliau dengan penuh tanda tanya. Ibu guru yang "kereng" disiplin tanpa sebab musabab memanggilku. Apakah aku melakukan kesalahan? Jantungku berdegub kencang. Tanganku dingin berkeringat.
Bu Candra mengajakku duduk di lobbi sekolah. "Duduklah, Bariq... Ini ada sedikit sodaqoh dari Ibu. Tolong diterima, ya? Kamu anak yang adab dan baik. Ibu tahu kondisi keluargamu. Semoga ini bisa bermanfaat, ya? Tolong diterima?" Bu Candra tidak banyak berbicara lagi, menepuk pundakku, dan meninggalkan aku di lobbi. Aku tak bisa berkata-kata dan tidak percaya, kecuali menerima amplop tebal yang langsung dimasukkan Bu Candra ke saku bajuku dan ku ucapkan terima kasih.
Kujaga baik-baik amplop itu, hingga sampai di rumah. Di dalam kamar segera kubuka.. isinya.. lembaran uang warna merah. Kuhitung dengan tangan bergetar... 3 juta rupiah... Alhamdulillah, ya Allah... Engkau mendengar doaku... Air mata deras membanjiri pipiku. Aku bersujud bersyukur ... Tidak ada yang tidak mungkin bagi Mu, sangat mudah bagi Mu memberi jalan keluar permasalahanku.. Mator Sakangkong, ya Allah...
Posting Komentar