Deskripsi-Gambar

Cerpen oleh : Dwiana Liestyawati

HARAPANKU
Oleh : Dwiana LIestyawati

“Nak, ayo turun, sebentar lagi adzan Magrib!” Aku menyuruh anakku untuk segera turun dari tangga bambu yang dinaikinya untuk memetik cabe puyang di ladang peninggalan suamiku.

“Sebentar lagi Mak, tanggung ini soalnya. Emak pulang saja, nanti Farhan nyusul Mak,” sahut anakku sambil tangannya terus memetik cabe puyang yang berwarna merah dengan cekatan.

“Baiklah, Emak duluan kamu jangan sampai terlambat ke masjid,” jawabku sambil mengangkat karung yang sudah berisi cabe puyang yang kami petik dari habis ‘Ashar tadi.

“Ya Mak, siap.”

Farhan adalah putraku satu-satunya, usianya sudah hampir tujuh belas tahun. Dia anak yang baik, selalu membantuku dalam pekerjaan rumah sampai mencari penghasilan. Semua berkat didikan suamiku yang selalu menemani dan membimbingnya dengan penuh kesabaran. Suamiku sudah meninggalkan aku dan anakku dua tahun lalu menghadap ke pangkuanNya. Dengan kepergiannya, tentu Akulah yang harus mengambil tugasnya untuk mencari nafkah memenuhi kebutuhan kami sehari-hari.

Alhamdulillah suamiku meninggalkan dua petak ladang yang satu ditanami cabe puyang, sedang petak yang lain ditanami pohon siwalan. Walau untuk mengurusnya sampai bisa menghasilkan aku harus mengupah orang lain. Tidak mungkin aku harus memanjat pohon siwalan yang setinggi pohon kelapa, dan memetik serta merawat cabe puyang yang semakin tinggi.

Hasil dari ladang sebagian aku tabung untuk kelangsungan pendidikan anakku. Aku ingin anakku mendapat pendidikan yang baik demi masa depannya. Tantangan yang akan dia hadapi tidak akan sama dengan tantangan yang aku hadapi, karena berada pada jaman yang berbeda. Seperti yang disabdakan Baginda Rasul,”Ajarilah anakmu berenang dan memanah, karena mereka hidup tidak pada jamanmu.”

Untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, aku bisa mengerjakan apa saja yang bisa menghasilkan uang asal halal. Mengolah legen menjadi gula merah, menganyam daun siwalan sampai membantu para tetangga yang membutuhkan tenagaku, misalnya menyiangi rumput di ladang tetangga.

Teriring doa dalam setiap hembusan nafasku demi kesuksesan anakku fiddunya wal akhirah.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama