Tanggal 02 Maret 2020, Presiden Jokowi bersama jajarannya resmi mengumumkan kasus pertama positif covid 19 di Indonesia. Padamop tanggal 09 April 2020, dalam rentang waktu 38 hari , covid 19 menginfeksi seluruh Provinsi di Indonesia.
(https://health.detik.com/berita_detikhealth/d_5240). Terhenyak, tersentak laksana palu godam yang menghantam kepala, ribuan rencana besar harus disusun ulang, termasuk dunia pendidikan. Segenap aspek terkait pelaksanaan pendidikan di sekolah mengalami perubahan tatanan.
Salah satu tatanan baru yang harus diterapkan adalah Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). PJJ atau dengan nama lain Pembelajaran Online/Pembelajaran Daring adalah pendidikan formal berbasis lembaga yang peserta didik dan instrukturnya/guru berada di lokasi terpisah sehingga memerlukan sistem telekomunikasi interaktif untuk menghubungkan keduanya dan berbagai sumber daya yang diperlukan di dalamnya. Pembelajaran elektronik (e-learning) atau pembelajaran daring (online) merupakan bagian dari pendidikan jarak jauh yang secara khusus menggabungkan teknologi elektronika dan teknologi berbasis internet.
(https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_jarak_jauh)
Istilah model pembelajaran tersebut menjadi sangat akrab dengan telinga kita. Daring, zoom, kuota, data, internet, whatsapp, google classroom, menjadi konsumsi elite anak-anak milenial zaman now. Semua itu tidak lepas dari upaya Pemerintah dalam menjalankan roda pendidikan di Nusantara tercinta ini.
Guru-siswa-orang tua, dituntut untuk bisa saling kerjasama dalam menggiring generasi bangsa untuk tetap belajar dan berprestasi. Bukan hal yang mudah. Banyak tantangan yang harus dihadapi. Kekurangefektifan dalam menerapkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), menjadi tugas berat guru sebagai tenaga pendidik di garda terdepan dunia pendidikan Indonesia.
Guru tidak bisa optimal memantau penilaian yang objektif dan penilaian sikap pada pendekatan penilaian pendidikan karakter. Belum lagi protes ketidaksiapan orang tua mendampingi putra putrinya belajar on-line, mewarnai perjalanan tugas dan kewajiban guru. Keringat dan air mata adalah cerita di tengah upaya guru untuk tetap memberikan yang terbaik bagi siswa diantara pandangan sinis sebagian dari “mereka” yang menilai guru (dunia pendidikan) sengaja melakukan pembodohan kepada generasi milenial.
Kesabaran dan tanggungjawab guru di tengah pandemi covid 19 mendapat tantangan tersendiri. Satu waktu guru wajib membimbing dan mengarahkan siswa. Di sisi lain mereka juga harus menyiapkan segala keperluan, perangkat pembelajaran, dan materi pembelajaran yang harus sesuai dengan masa pandemi. Guru juga dihadapkan pada kegiatan pembelajaran yang terbentur dengan jaringan internet yang lemah didaerah terpencil.
Menghadapi kondisi diatas, guru telah banyak melakukan upaya. Banyak langkah yang telah ditempuh oleh guru. Mereka tidak membiarkan hal ini menjadi berlarut-larut. Dengan kesadaran tinggi dan keikhlasan hati mereka memaksakan untuk bisa sekedar bertemu dengan beberapa murid yang kesulitan mendapatkan pembelajaran daring karena keterbatasan jaringan internet. Protokol kesehatan yang ketat diberlakukan.
Kompetensi guru sebagai tenaga pendidik juga harus semakin diasah. Kemampuan/skill penggunaan komputer dan teknologi informatika, wajib dikuasai dan dipelajari sejalan dengan banyaknya tawaran webinar yang bisa diikuti sesuai dengan minat pengembangannya. Kegiatan pengembangan kemampuan profesionalisme guru diharapkan semakin menumbuhkan rasa ingin tahu dan penasaran untuk semakin meningkatkan kompetensi diri. Dengan persiapan yang matang dan kemampuan diri yang terus meningkat dan berkembang, akan semakin menumbuhkan rasa percaya diri dalam membimbing siswa.
Inovasi pembelajaran merupakan hal vital yang harus dikembangkan untuk menarik minat siswa dalam belajar. Guru harus mampu berpikir kreatif agar bisa memacu kegiatan belajar yang menarik dan menyenangkan. Dengan pengembangan diri yang berkualitas tidak ada lagi guru yang mudah “Baper” (meminjam istilah gaul anak zaman now), justru malah tercipta guru yang selalu siap menyambut tantangan.
Eksistensi guru sangat ditentukan oleh kapasitas yang dimiliki guru itu sendiri, sehingga pengembangan kemampuan diri, kemampuan beradaptasi dengan keadaan yang berbeda wajib hukumnya untuk dikuasai. Pengembangan untuk meningkatkan profesionalisme guru, pada akhirnya meningkatkan pula kualitas pendidikan di Indonesia. Disisi lain secara tidak langsung murid juga melakukan hal yang sama untuk terus update perkembangan teknologi media dan aplikasi elektronik, dengan lebih bijaksana dibawah bimbingan guru.
Euphoria yang sangat mendalam tercipta manakala hasil rapat koordinasi antara Dinas Pendidikan, Kemenag dan Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur wilayah Kabupaten Sumenep, memutuskan mulai tanggal 26 Januari 2021, seluruh satuan pendidikan di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur melaksanakan ujicoba pembelajaran tatap muka (PTM)
(https://www.medcom.id/nasional/daerah/JKRA2z8k-seluruh-sekolah-di-sumenep-uji-coba-ptm-26-januari)
Serasa menyambut hari dan suasana baru, guru sebagai tenaga pendidik, bangkit. Dendam hati melampiaskan seluruh kemampuan dan materi pembelajaran terobati. Aktifitas belajar yang lebih menyenangkan dan pemahaman siswa yang lebih efektif, mengiringi kegiatan belajar mengajar yang berapi-api, bergejolak penuh semangat, dengan tetap melaksanakan “Pesan Ibu” 3 M : Memakai masker, Mencuci tangan, dan Menjaga jarak. Aturan ketat sekolah mengacu pada protokol kesehatan WAJIB diberlakukan.
(Didik Subagyo)
Posting Komentar