Oleh: Dwiana Liestyawati
“Awaaas Si G*mb*l mau lewat, minggir minggir!!!!!” kata Rendi, setiap Azis berjalan melewati di hadapannya.
Azis sudah terbiasa dengan ucapan Rendi yang mengandung hinaan tersebut., sejak si Rendi tahu bahwa Azis bisa bersekolah di sekolah swasta yang terkenal bagus dan mahal ini, karena mendapat beasiswa dari ketua yayasan yang membawahi sekolah tersebut. Yang memimpin yayasan ini tidak lain adalah orang tua Rendi, setelah menggantikan posisi kakeknya selaku pendirinya, yang mengundurkan karena faktor usia setahun yg lalu.
Azis bisa mendapatkan beasiswa karena selain dia anak yang rajin dan pintar baik di bidang akademi maupun non akademik, sebenarnya sebagai ucapan terima kasih dari Bapak WIsnu yang tidak lain adalah kakek dari Rendi. Ketika Aziz baru saja lulus dari salah satu SMP Negeri , dan ingin melanjutkan ke sekolah ke tingkat selanjutnya, pada saat yang bersamaan Pak WIsnui sedang di hadang oleh sekelompok preman di jalan , dan ditolong oleh kakek Azis yang memamng seorang guru pencak silat dan mempunyai sanggar pencak silat di kampungnya.
Setiap mendapat ejekan dan hinaan dari Rendi dan gengnya, Azis selalu ingat pesan dari kakeknya untuk selalu bisa menahan emosinya, jangan mudah terpancing nafsu amarah. Kepala boleh panas, tapi hati harus tetap dingin.Hal itu salah satu pelajaran yang diterimanya ketika latihan pencak silat. Ketika menghadapi lawan. tetap bisa berfikir jernih sehingga tidak gegabah dalam mengambil sikap.
Sejak usia 10 tahun, Azis diasuh olah sang kakek, setelah ayah ibunya meninggal dalam sebuah kecelakaan. Pada saat itu kedua orang tuanya, seperti biasa setelah menunaikan sholat subuh langsung menuju ke pasar kabupaten untuk menjual sayur mayur dari hasil kebun sendiri. Di tengah perjalanan yang masih agak gelap, tiba-tiba ada mobil truk oleng karena remnya blong yang datang dari arah berlawanan langsung menabrak kedua orang tua Aziz yang mengendarai motor bututnya. Keduanya meninggal di tempat kejadian. Pada dasarnya Azis memang seorang anak yang tidak banyak tingkah, dia seorang anak yang rajin dan penurut, sehingga kakeknya tidak terlalu susah untuk membimbing dan mengarahkannya.
Saat ini Aziz sudah tercatat sebagai siswa kelas XII IPA 1, sudah banyak prestasi yang diraihnya dari tingkat kabupaten sampai nasional. Dia pemegang sabuk hitam di pencak silat, sudah mewakili kota kelahirannya ke tingkat propinsi dan bisa menjuarainya. Untuk tingkat akademik dia meawakili propinsi ke tingkat nasional. Dari semua prestasi yang diraihnya, tidak membuat dia tinggi hati, justru sebaliknya. Azis dikenal teman-temannya sebagai siswa yang ringan tangan yang tidak segan-segan membantu temannya yang kesulitan dalam memahami pelajaran.
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Pada suatu sore di pojok pasar terlihat sekelompok anak muda yang cekcok dengan tiga orang preman, yang biasa mangkal di pasar, Seperti biasa Azis sepulang sekolah membantu menjaga toko klontong milik kakeknya yang ada di pasar, sambil belajar dan menyelesaikan tugas-tugas sekolahnya. Rasa penasaran membuat Azis berjalan mendekat ke arah kerumunan , setelah menitip tokonya ke pemilik toko yang ada di sebelahnya. Betapa terkejutnya Azis , karena dia melihat Rendi dan teman segengnya sudah dikelilingi oleh para preman. Dengan sigap Azis langsung masuk ke tengah-tengah kerumunan sambil menantang para preman tadi.
“Kalau kalian benar laki-laki jangan main keroyok, ayo maju satu-satu akan saya layani!” tantang Azis dengan suara lantang.
“Hei anak bau kencur, kau cari mati ya.. mau jadi pahlawan kesiangan cuihhhh, “ balas pria bertubuh paling kekar diantara yang lain dengan ekspresi meremehkan.
Setelah berkata itu ketiganya langsung menyerang Azis secara bersamaan, ada yang menendang ke arah , ke muka dan perut , tapi Azis bisa menepisnya dengan sigap dan cekatan serta melakukan serangan balik pada ketiganya. Tidak perlu waktu lama bagi Azis untuk melumpuhkan ketiga preman tadi yang hanya berbekal badan besar dan tampang yang diseram-seramkan. Akhirnya ketiganya lari tunggang langgang dengan rasa sakit akibat pukulan dari Azis.
Sementara Rendi dan gengnya hanya bisa menyaksikan , seakan tak percaya dengan apa yang mereka baru lihat. Bukannya mengucap terima kasih, mereka pergi begitu saja. Sebenarnya Rendi dan gengnya ada di tempat tersebut, menunggu saat Azis pulang dari toko kakeknya untuk dibully. Ternyata keadaan terbalik malah dirinya dan teman-temannya dihadang preman dan diselamatkan oleh Azis.
Melihat sikap Rendi dan teman-temannya yang ngeloyor pergi begitu saja, Azis hanya tersenyum miris, sambil mendoakan semoga mereka bisa merubah sikap dan perangainya yang selalu meremehkan orang lain.
***DWIANA***
Saat ini tibalah waktunya menanti pengumuman dari Kepala Sekolah tentang siapa yang lulus dengan nilai terbaik dan mendapat beasiswa untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi di luar negeri, Program ini sudah dijalankan selama lima tahun terakhir, agar bangsa ini pumya generasi yang bisa membangun bangsa dan negara ini yang lebih baik di masa depan.
Beberapa rangkaian acara telah dilalui, tibalah saat yang dinanti-nanti. Kepala Sekolah segera menuju ke panggung untuk memberi pengumuman siapa yang menjadi lulusan terbaik kali ini dan berhak atas beasiswa belajar ke luar negeri.
“Saya ucapkan selamat kepada Nanda Abdul Azis bin Rohman sebagai lulusan terbaik tahun ini dan berhak mendapatkan beasiswa dari Yayasan untuk bisa melanjutkan studinya ke luar negeri, “ ujar Kepala Sekolah yang disambut tepuk tangan meriah dari para hadirin.
Azis didampingi walinya yang dalam hal ini adalah kakeknya diminta naik ke atas panggung untuk menerima penghargaan. Terlihat keduanya sangat bahagia dan terharu , sempat terlihat keduanya mengusap airmata yang membasahi pipi kakek dan cucunya itu.
Begitu turun dari panggung, terlihat Rendi berdiri di sisi panggung , dan segera mendekati Azis dan mengulurkan tangannya untuk memberi selamat kepada Azis. Azis yang terkejut dengan apa yang ada di hadapannya, segera menguasai diri dan membalas uluran tangan dari Rendi. Kemudian keduanya berangkulan , ucapan selamat dan kata maaf yang berulang kali terucap dari mulut Rendi. Sambil mengusap pipinya yang sudah basah dengan airmata penyesalan, Rendi melepaskan rangkulannya. Azis membalas dengan senyum kebahagiaan karena doanya ternyata dikabulkan oleh Allah agar temannya ini sadar akan kelakuannya selama ini. Tepuk tangan meriah pun terdengar mengiring proses dua anak manusia yang penuh kelapangan saling memaafkan.
*** S E K I A N ***
“BERHATI-HATILAH DENGAN SIKAP SOMBONG, KARENA ALLAH SANGAT MEMBENCINYA. HANYA DIALAH YANG BERHAK UNTUK SOMBONG"
SEMOGA BERMANFAAT
Sumenep, 28062021
***********************************************
Posting Komentar