Deskripsi-Gambar

Monev Pembelajaran Melalui Coaching dan Lesson Study secara Berkelanjutan

Oleh Eva Kartika Nurfadi’ah, M.Pd

Ilustrasi Coaching Clinic (chub.fisipol.ugm.ac.id)

Pembelajaran yang melayani siswa menjadi salah satu cita-cita model Kurikulum Operasional Sekolah Penggerak. Pembelajaran yang berpusat pada siswa senyatanya meneruskan model pembelajaran Kurikulum sebelumnya, baik Kurikulum KTSP maupun K13. Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan dideklarasikan sebagai kurikulum penyempurna.

Yang menjadikan harapan pemerhati Pendidikan, sosialisasi Kurikulum Operasional tidak serta merta tuntas saat pelatihan-pelatihan telah dilaksanakan. Pendampingan oleh pemerintah pusat dan daerah terus dilaksanakan secara ajeg melalui berbagai kegiatan secara berkala yang direncanakan akann dilaksanakan selama tiga (3 tahun). Pendampingan juga memiliki fungsi kontrol bagi sekolah yang telah ditetapkan sebagai pelaksana Sekolah penggerak.

Namun demikian, kondisi tersebut tidak serta merta menghapus kekhawatiran praktisi Pendidikan. Akankah pembelajaran yang berpusat pada siswa benar-benar terlaksana sesuai dengan ketentuan. Bagaimana pembelajaran berpusat pada siswa dapat diketahui benar-benar terlaksana atau akankah kembali pada pembelajaran tradisional/konvensional?

Kementerian Pendidikan dan kebudayaan benar-benar memberikan penekanan pada pembelajaran berpusat pada siswa dengan harapan siswa memiliki beberapa kompetensi yang mampu menuntun siswa untuk dapat berpikir kritis, kreatif, mandiri, mampu bekerja bergotong royong (kolaborasi), dan berkebinekan global, dan beriman, bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlakul karimah. Siswa dibimbing mampu menemukan konsep materi secara mandiri, peduli terhadap  permasalahan di sekitar, dan mampu menemukan solusi dengan menerapkan pengetahuan teoritis yang telah dimiliki siswa dalam aksi konkrit.
Disinilah peran penting dan fungsi pendampingan oleh Pelatih Ahli (PA).  Melalui komunikasi dalam pendampingan tersebut, Kepala Sekolah maupun Komite pembelajar (Guru Pengajar dengan Kurikulum Operasional) mendiskusikan berbagai permasalahan yang muncul di lapangan sekaligus menemukan alternatif solusi permasalahan. 
Kelanjutan pendampingan adalah peran Kepala Sekolah memonitor kegiatan pembelajaran melalui Supervisi berkelanjutan. Adapun secara garis besar langkah-langkah kegiatan dapat digambarkan sebagai berikut:
Pertama, pelaksanaan Supervisi sebagai langkah awal supervisi berkelanjutan. Sebagaimana diketahui bahwa tahapan supervisi meliputi tiga tahapan: perencanaan, pelaksanaan, monitoring evaluasi dan tindak lanjut. Hasil dari Supervisi menjadi bahan diskusi pada kegiatan berikutnya, Coaching
Kedua adalah pelaksanaan Coaching antara Kepala Sekolah dan Guru. Coaching termasuk dalam kegiatan perencanaan supervisi siklus berikutnya. Inti dari modul ajar adalah pada bagian langkah pembelajaran. Bagian inilah yang harus mendapat perhatian terbesar Kepala Sekolah. Langkah pembelajaran pada modul ajar ditelaah Bersama antara guru dan Kepala Sekolah. Guru dibimbing Kepala Sekolah berupaya mengaplikasikan strategi pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif terlibat dalam pembelajaran dilengkapi dengan penerapan TIK dalam upaya mengimbangi perkembangan jaman di era milenial yang serba digital. 
Ketiga, pelaksanaan pembelajaran berdasarkan langkah pembelajaran yang telah diperbaiki. Pelaksanaan pembelajaran divideokan sebagai bahan diskusi kelompok menggunakan teknik Lesson Study.

Keempat, melakukan pengamatan pembelajaran dengan menayangkan hasil rekaman video dan mendiskusikan hasil pengamatan menggunakan teknik Lesson Study. Artinya, sekolompok guru mengamati pembelajaran yang sudah direkam secara bergiliran. Setelah melakukan pengamatan, kelompok guru tersebut mendiskusikan keunggulan dan kekurangan pembelajaran untuk dapat diperbaiki menjadi modil ajar yang ideal. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh guru secara bergiliran dan selanjutnya dilaksanakan pengamatan dan diskusi dengan Lesson Study. Demikian seterusnya.
Langkah selanjutnya adalah melakukan putaran atau siklus pembelajaran berikutnya. Kembali dilakukan Coaching untuk materi selanjutnya oleh masing-masing guru. Dilakukan perekaman pelaksanaan pembelajaran dan dilajutkan dengan diskusi pembelajaran melalui video yang diamati bersama-sama. Selanjutya guru memperbaiki langkah pembelajarannya.
Demikian seterusnya hingga tersusun modul ajar dengan Langkah pembelajaran yang menerapkan strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dilengkapi dengan penggunaan TIK.

Berdasarkan proses di atas, terdapat tujuan yang ingin diraih:
  1. Secara perlahan dan pasti dapat membantu guru memiliki perangkat pembelajaran ideal yang berpusat pada siswa selama satu tahun pelajaran.
  2. Melalui kegiatan tersebut guru menjadi terbiasa melaksanakan pembelajaran berpusat pada siswa tanpa kesulitan
  3. Muncul motovasi secara sadar untuk melaksanakan pembelajaran berpusat pada siswa  tanpa keterpaksaan. 
  4. Siswa memiliki pemahaman dan daya nalar tingkat tinggi dikarenakan pembelajaran yang membantu mereka berpikir kritis dan kreatif.
  5. Kualitas pendidikan Indonesia meningkat karena siswa mempelajari materi dengan menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi (pada tahapan mampu menganalisa, mengevaluasi, dan mencipta).
Penulis berharap, sekelumit pemikiran di atas dapat menjadi salah satu alternatif antisipasi agar pembelajaran terlaksana dengan berpusat pada siswa. Program sekolah penggerak akan memasuki tahun kedua. Namun, jika pelaksanaannya hanya sebatas seremonial tanpa monitoring evaluasi yang serius terutama pada implementasi di pembelajaran, maka akan terjadi pengulangan model pembelajaran konvensional sebagaimana kurikulum-kurikulum sebelumnya. 

Akibat akhirnya adalah cita-cita mulia memperbaiki kualitas lulusan tak akan pernah terwujud.  Guru Kembali melaksankan pembelajaran ceramah. Seberapa banyak pemborosan yang telah dilakukan terkait dana, tenaga, waktu. Akhirnya, pendidikan yang bermutu di negara kita tercinta hanyalah sebatas angan-angan semu.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama