MEMAKNAI TRADISI “NYADAR”
PADA PELAKSANAAN PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA (P5)
Oleh : Sukarsih Apriani, S.Pd.
Indonesia dikenal kaya akan beragam budaya atau tradisi yang masih terjaga kelestariannya. Budaya-budaya atau tradisi-tradisi tersebut tetap dilakukan turun temurun hingga saat ini. Demikian halnya di Kabupaten Sumenep. Sumenep memiliki banyak tradisi yang terkenal, namun ada juga yang belum banyak diketahui oleh masyarakat luas.
Dalam kesempatan ini, penulis hendak bercerita tentang salah satu tradisi di Kabupaten Sumenep bernama Nyadar. Tradisi Nyadar merupakan salah satu kekayaan budaya yang cukup dikenal di Kabupaten Sumenep, khususnya Kecamatan Saronggi dimana tradisi tersebut diselenggarakan. Nyadar dilakukan oleh masyarakat desa Pinggir Papas, di sekitar komplek makam leluhur yang lebih dikenal dengan nama Bujuk Gubang. Dalam setahun dilakukan tiga kali berturut-turut dengan rentang waktu satu bulan berselang (https://id.wikipedia.org/wiki/Nyadar_(upacara_adat)
Budaya Nyadar merupakan contoh kearifan lokal, dimana budaya ini merupakan adat dan kebiasan yang telah mentradisi dan dilakukan oleh sekelompok masyarakat secara turun temurun yang hingga saat ini masih dipertahankan keberadaannya oleh masyarakat Pinggir Papas. Kearifan local dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat lokal yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. http://eprints.umm.ac.id/35955/3/jiptummpp-gdl-irawansatr-48429-3-babiip-f.pdf
SMPN 2 Saronggi merupakan sekolah yang berdekatan dengan pelaksanaan Nyadar, sehingga perlu kiranya sekolah mengangkat budaya Nyadar dengan tema kearifan lokal sebagai salah satu Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Sekolah merupakan tempat strategis dalam internalisasi nilai-nilai jati diri bangsa dan pembentukan karakter moral keindonesiaan, sehingga sekolah diharapkan dapat memfasilitasi siswa untuk melakukan proses internalisasi dan aktualisasi nilai-nilai luhur yang terdapat dalam Budaya Nyadar.
Aktivitas Projek P5 disusun sedemikian rupa agar siswa tidak hanya mengetahui tentang tradisi nyadar hanya sebatas pengetahuan teoritis saja tetapi perlu dieksplorasi dalam dirinya dan lingkungan dengan sikap bersyukur dan menerima atas kodratnya yang Tuhan telah berikan kepada seluruh makhluk hidup.
Projek ini dimulai dengan tahap Temukan, peserta didik diajak untuk mengenali kearifan lokal, mengidentifikasi kearifan lokal kearifan lokal yang ada di Sumenep, mengekplorasi upacara nyadar dan permasalahannya serta melakukan refeksi awal. Setelah itu projek dilanjutkan dengan tahap Bayangkan, dimana pada tahap ini peserta didik diajak untuk melihat langsung bagaimana bentuk kearifan lokal yang ada di wilayahnya. Dari sini peserta didik diminta untuk mengkritisi hubungan antara bentuk kearifan lokal yang ditemukan dan fungsinya bagi masyarakat. Projek dilanjutkan dengan tahap “lakukan” yang bertujuan mempersiapkan peserta didik untuk menggaungkan kearifan lokal bermakna yang ditemui peserta didik sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki.
Selanjutnya, projek diakhiri dengan tahap Bagikan, di mana seluruh peserta didik membagikan pengetahuannya akan kearifan lokal kepada warga sekolah, guru, dan perwakilan masyarakat. Melalui projek ini, peserta didik diharapkan telah mengembangkan dua dimensi Profil Pelajar Pancasila, yaitu , Beriman, Bertakwa kepada Tuhan Y.M.E dan berakhlak mulia, gotong royong, serta Berkebinekaan Global.
Segala kegiatan projek yang dilakukan diharapkan dapat membentuk peserta didik yang mempunyai kesadaran untuk memahami kehadiran Tuhan dalam kehidupan sehari-hari Peserta didik mempelajari bagaimana dan mengapa masyarakat lokal/daerah berkembang seperti yang ada, bagaimana perkembangan tersebut dipengaruhi oleh situasi/konteks yang berubah dari waktu ke waktu.
Peserta didik juga mempelajari konsep dan nilai-nilai dibalik kesenian dan tradisi lokal, serta merefleksikan nilai-nilai apa yang dapat diambil dan diterapkan dalam kehidupan mereka. Harapan terakhir, peserta didik juga belajar untuk mempromosikan salah satu hal yang menarik tentang budaya dan nilai-nilai luhur yang dipelajarinya ke masyarakat luas melalui tugas pembuatan vlog yang mereka unggah ke media sosial.
Demikianlah, melalui kegiatan projek ini, peserta didik telah melaksanakan pembelajaran secara holistik. Mempelajari suatu hal dari beragam sudut pandang. Yang menjadikan kegiatan projek lebih bermakna adalah peserta didik mempelajari langsung di lapangan (Bujuk Gubang) setelah mendapatkan konsep teoritis di sekolah. Dengan kata lain, peserta didik melihat suatu fenomena, mempelajarinya secara teoritis, dan mengalami langsung proses belajar di relita kehidupannya berimbas pada hal positif yaitu tujuan belajar lebih mengena atau bermakna bagi para peserta didik.
Posting Komentar